Monday, November 30, 2009

Pengendalian Mutu Untuk Persiapan Startup


1. Pendahuluan.

1.1. U m u m.
Tujuan pengendalian mutu peralatan listrik pada tahap akhir penyelesaian konstruksi dan siap dioperasikan adalah dimaksudkan untuk menjamin bahwa peralatan beserta perlengkapan ikutan lainnya telah dipasang sesuai dengan spesifikasi, gambar, persyaratan keselamatan dan kebutuhan pengoperasian.
Sebetulnya tugas pengendalian mutu ini merupakan tanggung jawab kontraktor, namun untuk menghindari pekerjaan yang berulang yang biasanya dilakukan pada saat commissioning sehubungan dengan kemungkinan adanya keraguan dari hasil pekerjaan kontraktor. Keraguan yang yang timbul biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti:
a. Prosedur pengendalian mutu yang diusulkan kontraktor tidak lengkap atau tidak sesuai dengan teknik-teknik atau prosedure yang spesifik.
b. Peralatan uji yang dipunyai kontraktor sangat terbatas, sehingga jenis pengendalian mutu tertentu tidak dapat dilaksanakan.
c. Jumlah tenaga akhli kontraktor sangat terbatas.
d. Menganggap bahwa pengujian yang dilakukan pabrik pembuat sudah memenuhi syarat untuk tidak dilakukan pengujian dilapangan lagi.
Meskipun seandainya kontraktor dapat memenuhi ke empat faktor di atas, User sebagai pihak yang akan mengoperasikan peralatan tersebut merasa perlu untuk mengikuti proses pengendalian mutu tersebut. Dapat tidaknya User mengikuti pekerjaan tersebut sangat tergantung pada keputusan pihak-pihak yang terlibat (Owner, Kontraktor dan User Manajemen).

1.2. Organisasi.
Dengan disetujuinya User turut serta dalam proses pengendalian kualitas, maka persiapan untuk menunjang pekerjaan tersebut perlu dilakukan antara lain dengan;
- membentuk team pengendalian mutu.
- menyiapkan peralatan penguji dan inspeksi.
- menentukan tanggung jawab bagi masing-masing anggauta team.
- menyiapkan spesifikasi dan prosedur yang berhubungan dengan tugas pengujian dan penilikan.
Langkah pertama dari team pengendali mutu ini adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan tugas pengendalian mutu, antara lain seperti meninjau prosedur yang diajukan kontraktor dan membandingkannya dengan prosedur yang dimiliki User, serta dibandingkan dengan standard yang berlaku seperti PUIL, NEC, IEEE, JIS, VDE dan lain-lain sesuai dari mana peralatan tersebut di beli.
Selain itu juga team harus yakin bahwa semua peralatan uji yang dimiliki kontraktor sudah ditera oleh badan atau lembaga yang berwenang untuk itu misalnya (KIM-Puspiptek untuk peralatan instrumentasi, dan LMK-PLN untuk peralatan uji listrik.

1.3. Metode dan prosedur pengujian.
Berdasarkan pengalaman pengendalian mutu terhadap peralatan listrik dalam rangka persiapan pengoperasian kilang, ada beberapa permasalah yang dijumpai yang pada umumnya selalu berulang kejadiannya, sebagai contoh:
- Kontraktor umumnya membeli peralatan listrik tidak dari satu tempat dan pada pemasangan secara lengkap biasanya akan dijumpai kesalahan rangkaian yang secara fisik kelihatan baik tetapi secara teoritis maupun praktis hal itu tidak memenuhi persyaratan.
- Umumnya peralatan listrik tidak langsung menunjukkan kesalahan tersebut pada saat mula dioperasikan.
- Penanganan yang kurang baik pada saat pengangkutan dan penyimpanan dapat menyebabkan timbulnya penyimpangan karakteristik peralatan listrik.
Dengan melihat ketiga hal di atas maka perlu peralatan yang akan dioperasikan agar diuji kembali sesuai dengan metode dan prosedur pengujian dilapangan.

2. Tugas Utama Team Kendali Mutu.
2.1. Data peralatan Listrik.
Untuk menghindari adanya peralatan listrik yang terlupakan, maka perlu team mendata peralatan-peralatan listrik yang akan diuji. Karena terlampau banyak peralatan tersebut maka team dianjurkan untuk membuat daftar prioritas. Peralatan tertentu seperti:
- Switchgear dan Motor Control Center.
- Generator dan Panel control.
- Motor Listrik dan sistem kendalinya.
- Transformator dan alat-alat bantunya.
- Kabel dan pemasangannya.
- Sistem pentanahan dan elektrodenya.
- Rele-rele pengaman dan sistem koordinasinya.
- Batere, pengisi batere (battery charger) dan UPS.
- Panel pengendali beban.
- Kabel tray, konduit, fitting dan sebagainya.
Kemudian sebagai langkah berikutnya maka dikumpulkan data seperti :
- Data teknis.
- Petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan.
- Daftar suku cadang.
- Gambar yang dikeluarkan pabrik.
- Gambar yang dikeluarkan kontraktor.
- Hasil pengujian yang dikeluarkan pabrik.
- Prosedur dan metode pengendalian mutu.
- Peralatan pengendalian kualitas.
- Standar dan spesifikasi pengujian lapangan.
Selanjutnya ketua team mencari data anggauta team yang yang mempunyai keahlian dalam bidang pengendalian mutu yang sesuai dengan peralatan yang akan diamati.


2.2. Jenis Metode dan Prosedur Pengujian.
Sebagai ketua team diharapkan mempunyai keakhlian dalam bidang ini. Umumnya prosedur dan metode pengujian selalu berpijak pada ketentuan pabrik atau standar yang berlaku, namun tidak semua pedoman pengendalian mutu yang dilaksanakan di pabrik dilakukan lagi dilapangan, hanya pengendalian mutu tertentu saja yang dianjurkan untuk dilakukan. Pada umumnya jenis pengujian yang dilakukan pada peralatan listrik adalah sebagai berikut :
a. Pengujian isolasi.
b. Pengujian karakteristik kerja.
c. Pengujian tahanan elektrode sistem pentanahan.
d. Pengujian fungsi kerja.
e. Penilikan dengan menggunakan infra red.


2.2.1. Pengujian Isolasi.
Isolasi dapat berbentuk bahan dielektrik cair, padat atau gas yang berfungsi untuk mencegah aliran listrik antara titik-titik yang berbeda potensial. Pengujian isolasi dilakukan untuk menentukan integritas dari media isolasi. Pengujian biasanya dilakukan dengan menerapkan tegangan tinggi pada contoh yang diuji dan menentukan arus bocor yang mengalir pada saat pengujian tersebut. Kebocoran aliran arus yang berlebihan menunjukkan kondisi penurunan kemampuan atau gangguan dari isolasi. Pengujian isolasi dapat dilakukan dengan menerapkan tegangan arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC).
Pengujian isolasi dapat dikatagorikan sebagai pengujian yang tidak merusak (non destructive testing) dan pengujian merusak (destructive testing). Pengujian merusak dapat menyebabkan perlengkapan yang diuji rusak atau tidak dapat dioperasikan lagi. Pengujian tidak merusak dilakukan pada tegangan yang lebih rendah, dan peralatan yang diuji jarang sekali rusak.
Pengujian tegangan tinggi arus bolak-balik adalah suatu pengujian go atau no go. Tegangan dinaikkan pada tingkat tertentu, jika peralatan gagal atau menunjukan arus bocor yang berlebihan peralatan yang diuji tidak dapat digunakan lagi. Jenis pengujian ini hanya dapat menunjukkan apakah peralatan baik atau rusak. Pengujian ini tidak menunjukkan batas pengujian yang telah dilakukan, kecuali jika dinginkan lain.
Pengujian tegangan tinggi arus searah dapat menunjukkan kelebihan dari pengujian tegangan tinggi arus bolak-balik antara lain pengujian ini dapat memperlihatkan bahwa peralatan tersebut baik pada saat pengujian dan gagal dikemudian hari. Pengujian arus searah dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai arus bocor yang diukur pada saat tertentu dibandingkan dengan arus bocor yang diperoleh dari pengujian terdahulu.
Pengujian isolasi termasuk juga pengujian tahanan isolasi yang terdiri dari pengujian Dielectric Absorption, Polarization Index dan pengujian tegangan tinggi. Pengujian ini biasanya diterapkan pada peralatan listrik tegangan menengah (4.1kV keatas). Untuk peralatan tegangan rendah (1kV ke bawah) biasanya hanya dilakukan dengan megger.


2.2.2. Pengujian Karakteristik Kerja.
Pengujian disini dilakukan untuk mengetahui apakah karakteristik tertentu dari peralatan yang di uji memenuhi design dan spesifikasi yang diharapkan. Jenis pengujian antara satu alat dengan alat listrik lainnya umumnya berbeda. Perhatikan contoh berikut ini:
- Pengujian kurva kejenuhan dari trafo arus.
- Pengujian perbandingan dan polaritas trafo arus dan trafo tegangan.
- Pengujian kurva waktu arus dari rele pengaman.
- Pengujian kurva waktu-arus pemutus tenaga tegangan rendah.
- Pengujian kurva waktu-arus overload heater.

Untuk melakukan pengujian sebagaimana tersebut di atas diperlukan alat-alat uji dan keahlian mengenai alat yang diuji dan peralatan penguji.


2.2.3. Pengujian Tahanan Elektrode Pentanahan.
Integritas dari suatu sistem pentanahan adalah sangat penting pada sistem tenaga listrik, antara lain dimaksudkan untuk :
- Menentukan titik acuan potential tegangan untuk keselamatan peralatan dan personal.
- Untuk memberikan suatu titik pelepasan gelombang berjalan sehubungan adanya surja petir atau surja hubung.
- Mencegah tegangan tinggi yang berlebihan sehubungan adanya teganagn induksi dari sistem tegangan tinggi.


2.2.4. Pengujian Fungsi Kerja.
Yang paling menonjol memerlukan pengujian jenis ini adalah mengenai sistem kontrol dan sistem proteksi. Dengan melakukan pengujian ini akan terbukti bahwa rangkaian kontrol sudah terpasang dengan baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan cara simulasi.
Pengujian fungsi kerja pada rangkaian kontrol dapat dilakukan dengan menutup atau membuka suatu kontak dengan harapan sistem akan berfungsi sebagai mana yang diharapkan.
Sedangkan pengujian fungsi kerja rangkaian proteksi, meter-meter dan peralatan instrumentasi lainnya dilakukan dengan menggunakan injeksi tegangan atau arus menurut prosedur tertentu. Misalnya besar dan arah arus tertentu. Diharapkan bahwa peralatan dapat beroperasi sesuai dengan rancangan yang dibuat.
Dengan melakukan pengujian ini diharapkan sistem tidak akan gagal bekerja karena kesalahan instalasi dari rangkaian kontrol dan rangkaian proteksi pada suatu pengoperasian tertentu. Untuk pengujian rangkaian proteksi diperlukan keakhlian khusus.
Sebagai bahan pembanding mengenai prosedur pengujian yang diusulkan kontraktor, maka dapat digunakan prosedur yang ada pada lampiran I. Perlu diketahui bahwa prosedur ini merupakan gabungan dan revisi dari beberapa prosedur yang diterapkan di User dalam rangka commissioning projek seperti Train sebelumnya, perbaikan sistem kelistrikan User. Namun yang perlu diperhatikan adalah mengenai alat-alat baru yang belum tercakup pada prosedur dan juga perbaikan yang disesuaikan dengan kemajuan teknik dalam bidang pengendalian kualitas.


2.2.5. Inspeksi Peralatan Listrik.
Inspeksi mempunyai dua tujuan yaitu : (1) menentukan kondisi atau keandalan dari peralatan dan (2) menentukan tindak lanjut dari hasil inspeksi tersebut. Mengenai inspeksi ini ada dua kondisi dari peralatan listrik yang mempengaruhi tindakan penilikan, yaitu :
Penilikan peralatan yang tidak dioperasikan biasanya agar dilakukan sebelum dan sesudah peralatan dibersihkan. Kondisi yang perlu diperhatikan disini antara lain adanya debu, papan nama yang memberikan informasi mengenai peralatan, kemungkinan adanya bagian yang retak, bagian yang bocor, bagian yang berkarat, isolasi yang terkelupas dan lain sebagainya.
Kondisi penilikan peralatan yang ssedang dioperasikan. Disini biasanya indera manusia mengambil peranan penting, baik dalam hal membaca hasil pengukuran, mendengar bunyi yang tidak normal, mencium bau yang tidak wajar, atau untuk hal tertentu dapat merasakan panas yang berlebihan. Untuk menditeksi panas mungkin saja bisa menggunakan alat bantu infra red scanner.


2.3. Jadwal Pengendalian Mutu.
Seperti telah disebutkan dimuka bahwa pekerjaan pengendalian ini merupakan tugas kontraktor, maka jadwal pelaksanaan tugas ini ada dua alternative yaitu : (1) bersama-sama dengan kontraktor dan (2) setelah kontraktor menyelesaikan tugasnya. Pada prakteknya kedua cara tersebut dapat digunakan. Namun untuk menghindari pengujian yang sama dilakukan dua kali (pertama dilakukan kontraktor dan yang kedua dilakukan USER) maka sebagian besar dilakukan bersama-sama. Oleh sebab itu jadwal pengendalian mutu sangat tergantung sekali pada jadwal yang dibuat kontraktor.
Sebetulnya yang paling baik adalah melakukan pekerjaan tersebut bersama-sama dan ini sudah dibuktikan pada saat konstruksi train sebelumnya. Namun kendala yang dihadapi pada waktu itu adalah keterbatasan peralatan uji dari kontraktor di mana User yang melakukan pengujian dengan menggunakan peralatan yang dipunyai User, antara lain mengenai pengujian pergeseran sudut dari suatu sistem proteksi, baik yang menyangkut arus dan tegangan. Demikian juga dengan peningkatan kemampuan dielektrik minyak trafo.


2.4. Perlengkapan Pengendalian Mutu.
Peralatan yang dimaksud disini adalah alat-alat uji seperti yang digunakan untuk pengujian peralatan listrik tegangan tinggi maupun tegangan rendah. Karena tugas ini merupakan tugas kontraktor, maka kontraktor bertanggung jawab bahwa peralatan ujinya sudah memenuhi syarat dan ini dibuktikan dengan surat dari pihak atau lembaga yang berwenang. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah hasil pengujian yang tidak sesuai. Peralatan yang harus dipunyai kontraktor antara lain :
- Hi-Pot tester (DC-60kV).
- Megger 5 kV
- SSR-51 atau SSR-78 (alat penguji rele).
- Phase angle meter.
- Alat penginjeksi arus.
- High Potential Stick.
- Alat penguji batere charger dan batere, terutama untuk pengujian discharge test batere.
- Alat untuk treatment minyak trafo.
- Alat penguji minyak trafo.
- Alat penguji trafo arus (CTER-Multiamp).
- Alat pengukur hubungan kekuatan kontak (microohm tester).
- dan lain-lain.

Pengalaman menunjukkan beberapa peralatan seperti tersebut diatas tidak dipunyai kontraktor.

2.5. Catatan.
Program pengendalian mutu tidak akan berhasil dengan baik apabila segi-segi administrasi dilupakan, misalnya mengenai pencatatan dan penyimpanan data hasil pengamatan. Untuk maksud tersebut biasanya dalam pelaksanaan program pengendalian digunakan formulir-formulir yang sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan dan harus ada pada formulir tersebut antara lain mengenai :
- Waktu (time) : date, time of day, and year.
- Personel : nama orang yang melakukan pengujian, pengamat dari Owner dan pengamat dari User.
- Kondisi lingkungan seperti temperatur, kelembaban, cuaca dan lain-lain.
- Identifikasi peralatan misalnya seperti tag number, serial number dan lain-lain.
- Daftar pengecekan (check list): formulir tersebut menyebutkan peralatan yang digunakan, hasil pengamatan dan lain-lain.
- Komentar : Formulir catatan harus selalu diberikan ruangan untuk menulis tindakan lebih lanjut yang diperlukan, atau hal-hal yang dianggap menyimpang dari hasil pengamatan.
Saat ini cara diatas sudah tidak dilakukan lagi, karena berbagai faktor, utamanya kontrak an skedul kerja. Semua pekerjaan dilakukan kontraktor dan kita terima bersih. Penulis merasakan fungsi yang sangat baik pada saat melakukan kegiatan seperti tersebut di atas.

1 comment:

  1. terima kasih banyak atas artikel dan infonya.. sangat membantu saya, dengan pekerjaan saya saat ini. Saya ingin belajar lebih banyak dalam hal kelistrikan mengenai metode2 commisioning (pre commisioning, testing peralatan dan metode2 mendukung lainnya) untuk konstruksi pabrik baru, kira2 dimana saya bisa mendapatkan data tersbut pak. terima kasih banyak sekali lagi.
    bila bapak tidak berkeberatan dapat meng email saya pada.
    yulianusanon@gmail.com

    ReplyDelete